Selamat datang di WeBlog Imaduddin.B, Amd.AK

Senin, 26 Mei 2008

PRINSIP-PRINSIP KEBAHAGIAAN ALA AL QITANI

  1. Lupakanlah masa lalu dan semua yang terjadi di dalamnya. Sebab, larut dalam segala sesuatu yang telah berlalu adalah kebodohan.

  2. Janganlah disibukkan dengan masa depan, karena masa depan adalah dunia yang tidak terlihat. Karena itu jangan biarkan mengganggu Anda hingga ia datang menghampiri.

  3. Jangan terguncang oleh kritikan. Malah sebaliknya, tegarlah. Sebab, ketika nilai pribadimu bertambah, maka bertambah pula tingkat kritikan orang terhadapmu.

  4. Jangan berharap ucapan terima kasih dari siapapun.

  5. Hitunglah berapa banyak karunia Allah, dan bersyukurlah atas karunia-karunia tersebut.

  6. Jangan biarkan hal-hal spele menjadi penyebab kehancuran Anda

  7. Yakinlah bahwa kesulitan yang menimpa Anda akan menjadi penghapus dosa-dosa Anda.

  8. Bekerja keraslah untuk suatu yang produktif dan tinggalkanlah kemalasan itu.

  9. Jangan sebarkan isu dan jangan mendengarkannya.

  10. Yakinlah bahwa segala sesuatu yang terjadi, maka akan terjadi sesuai dengan mengingat Allah.

  11. Latihlah diri Anda untuk mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan buruk.

  12. Barangkali apa yang terjadi adalah yang terbaik bagi Anda, meskipun tidak memahaminya.

  13. Malapetaka harus bisa memperkuat hati Anda dan membentuk padangan Anda yang positif.

  14. Kedengkian Anda dan upaya Anda balas dendam jauh lebih berbahaya bagi kesehatan Anda sendiri di bandingkan kepada lawan Anda.

  15. Beriman kepada Allah dan lakukanlah segala perbuatan yang baik. Sebab semua itu adalah bahan baku yang akan menjadikan hidup lebih baik dan bahagia.

  16. Kalau Allah mencintai seseorang, maka dia akan menjadikannya tahan ujian.

  17. Kebanyakan keburukan yang disangka akan terjadi, maka tidak pernah terajdi.

  18. Siapapun yang menginginkan kedamaian, ketenangan, dan kenyamanan bias mendapatkan semua dengan mengingat Allah. Sebab ia maha pemberi Rahmat dan ampunan.

Dinukil dari buku La Tahjan oleh DR. Aidh bin Abdullah Al Qitani. Jakarta, Maghfirah Pustaka, 2004.




ISLAM SEBAGAI SISTEM HIDUP

Manusia sangat mendambakan kehidupan yang penuh kedamain, kesentosaan dan tidak mengharapkan ada huru-hara, kerusuhan, perkelahian, saling serang dan saling bunuh. Semua ini fitrah manusia yang sangat besar sebagai bawaan kehidupannya. Namun kenyataannya, manusia tidak mampu mewuudkan fitrah bawaan itu secara mulus dalam kehidupannya.


Membangun Toleransi dalam Beragama

Islam merupakan agama samawi yang mengajarkan penghargaan kemanusiaan untuk bebas memilih agama yang diyakininya. Manusia dituntut untuk dewasa, objektif dan rasional serta tidak ada intrik paksaan untuk menerima dan melaksanakan agama. Berarti manusia beragama berdasarkan atas kebutuhan hati dan akal sehatnya sehingga nilai keagamaannya benar-benar asli atas ketulusan hati dan tidak ada penekanan serta intimidasi dari pihak luar.

Melalui agama ini Allah Swt. mengajarkan kepada manusia untuk pandai memilih, memutuskan dan bertanggung jawab dalam menerima dan melaksanakan agamanya, sehingga manusia dituntut untuk berani berbuat dan bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya dalam menerima atau menolak agama.

Oleh karena itu nilainya pun sangat sejalan dengan fitrah insaniah (manusia) itu sendiri. Bahwa kesempurnaan dan kebermaknaan hidup manusia tidak bisa lepas dari nilai-nilai agama, seperti nilai kedamaian, nilai keadilan, nilai kebenaran,nilai kebersamaan dan nilai persatuan, nilai kasih sayang kepada sesama.


Pada hari ini telah kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah kuridhai islam itu agama bagimu.”(Q.S. Al maidah : 3)


Karakteristik Ajaran Islam

Islam sebagai din (system hidup) memiliki cirri-ciri :

  1. Rabbaniyah

Rabbaniyah ini berasal dari kata rabbun, yang ditujukkan kepada Allah Swt. Sedangkan rabbani ditunjukkan kepda manusia, yaitu manusia yang hubungannya dengan Allah sangat kuat, tahu dan mengamalkan ajaranNya. (Q.A 3:79)

Yang dimaksud dengan rabbaniyah mencakup dua aspek rabbaniyah ghayah dan mashdar.

  1. Rabbaniyah ghayah (tujuan dan sasaran)

Maksdunya Islam menjadikan tujuan pertama dan terakhir untuk menyembah Allah semata (Q.S. 51:56) dan untuk mencapai ridha-Nya. Tujuan ini pun akhirnya merupakan tujuan akhir, puncak cita-cita, usaha dan kerja keras manusia dalam kehidupan (Q.S. 53:42, 84:6).

Dampak rabbaniyah tujuan pada manusia :

  • Mengetahui tujuan dan keberadaan manusia.

  • Mendapatkan petunjuk menuju fitrah.

  • Keselamatan dari perpecahan dan pergolakan.

  • Membebaskan manusia dari penghambaan pada egoisme dan syahwat.

  1. Rabbaniyah mashdar (sumber hukum)

Maksudnya manhaj (metode) yang telah diterapkan oleh Islam untuk mencapai tujuan dan sasaran itu adalah manhaj rabbani yang murni, yaitu yang bersumber pada wahyu Allah, kepada Rasulullah saw. (Al qur’an). Manhaj ini tidak lahir sebagai sebuah hasil rekayasa dari ambisi individu, keluarga, golongan, partai atau bangsa tertentu. Tetapi manhaj ini datang dari Allah yang menginginkan agar menjadi petunjuk, penjelas, kabar gembira, obat dan rahmat bagi hamba-hambaNya (Q.S. 4:174, 10:57)

Adapun rasulullah Muhammad saw. Adalah penyeru pada manhaj dan sebagai penjelas perintah-Nya yang masih samara bagi manusia (42:52-53).

Dampak rabbaniyah mashdar :

  • Terlepas dari pertentangan dan sikap ekstrem (4:82).

  • Terlepas dari keberpihakan dan hawa nafsu.

  • Terhormat dan mudah diyakini.

  • Terbebas dari penghambaan sesame manusia.

  1. Insaniyah (kemanusiaan)

Islam yang berdasarkan Al qur’an dan sunnah rasul-Nya mencurahkan sebagian besar kepeduliannya pada sisi kemanusiaan. Islam mengikuti manusia dengan pengakuan yang menyeluruh. Aspek-aspek manusia seperti akal, jasad dan ruhani diberi peluan untuk melaksanakan peran, fungsi dan karakteristiknya tanpa harus cenderung pada aspek tertentu saja.

Disamping itu, ibadah-ibadah yang disyariakan oleh islam mengandung dimensi kemanusiaan, misalnya shalat, zakat, dan haji. Kesimpulannya Islam adalah din yang sesuai dengan karakter manusia, ditujukan untuk kepentingan dan kesejahteraan manusia sendiri.

Buah insaniyah dalam Islam :

  1. Persaudaraan manusia (ukhuwah).

  2. Persamaan manusia (emansipasi).

  1. Syumul (universal)

Artinya, islam meliputi semua zaman, kehidupan dan eksistensi menusia. Jangkauan ke-universalan dalam risalah islam ini diungkapkan oleh Hasan Al Banna : “Islam adalah risalah yang panjang terbentang sehingga meliputi semua abad sepanjang zaman, terhampar luas sehingga meliputi semua cakrawala umat dan begitu mendalam (mendetail)sehingga memuat urusan-urusan dunia dan akhirat.”

Dalam Risalah taklim, yang dimaksud dengan Islam universal yaitu, “Islam adalah sebuah sistem yang universal (komprehensif, total dan integral). Mencakup berbagai aspek hidup dan kehidupan. Islam adalah negara dan tanah air, pemerintahan dan ummat, akhlak dan kekuatan, serta kasih sayang dan keadilan. Islam adalah kebudayaan dan perundang-undangan, ilmu dan hukum, materi dan harta benda, serta usaha dan kekayaan. Dan Islam juga adalah jihad dan dakwah, militer dan idiologi serta akidah yagn murni dan ibadah yang benar sekaligus.”

  1. Risalah semua zaman

Islam adalah risalah untuk semua zaman dan generasi, bukan risalah yang terbatas oleh masa atau generasi tertentu. Secara substansial (dasar-dasar akidah dan moralnya), Islam merupakan risalah setiap nabi yang diutus dan misi setiap kitab suci yang diturunkan. Maka semua nabi diutus dengan membawa risalah (misi) Islam, menyerukan tauhid dan menjauhi taghut (21:25, 16:36, 10:72, 2:128,132)

  1. Risalah bagi seluruh alam semesta

Islam tidak terbatas pada bangsa maupun status sosial tertentu , yang merupakan rabb manusia bagi segenap manusia, rahmat bagi sekalian hamba-nya (21:107, 24:1, 38:87).

  1. Al wasthiyah/tawazun (moderat atau pertengahan)

Islam berada dalam keseimbangan di antara dua jalan atau dua arah yang saling bertentangan. Islam memberikan haknya secara adil terhadap aspek-aspek kehidupan seperti ruhiyah (spiritualisme), maddiyah (materialisme), fardiyah (individu), jamaiyah (kolektif), tsabat (konsisten) dan taghayyur (perubahan) dan tidak berada dalam poros yang ekstrim (55:7-8).

  1. Al waqi’iyah (kontekstual)

Allah menjamin Islam sebagai ajaran yang sesuai dengan kondisi manusia di manapun, kapan pun dan bagi segala jenis manusia. Islam senantiasa manjaga dan memelihara realita (aktual) di setiap aspek yang didakwahkan pada manusia, mulai aspek akidah, ibadah, akhlak dan syaria’at.

  1. Al wudhuh (jelas)

Yang dimaksud adalah jelas dalam hal :

  1. Dasar-dasar Islam (akidah, moral, syari’at Islam)

  2. Sumber-sumber hukumnya.

  3. Sasaran dan tujuan.




Sumber :

Esensi Agama dan Sosial, Budaya dan Politik Oleh Zulkifli Ahmad, Drs., M.Pd.

Super Mentoring Junior (Panduan Keislaman untuk Remaja) tingkat SMP oelh Farid Maulina dan Tim ILNA YOSEN