Catatan ini diambil dari sebuah judul khutbah yaitu “Kualitas masnusia tergantung Iman dan Amalnya”, demikianlah kita sekarang merasa berada dalam kehimpitan kadang atau lebih seringnya kita melalikan segala aturan dan larangannya sehingga kita tidak pernah merasa bersalah dan berdosa. Ya Allah, jika memang kami selalu bersalah maka ingatkanlah, dan kami akan selalu mengingatkan untuk selalu hidup dengan ajaranmu.
Dalam Surat Saba ayat 13, Allah berfirman “……. Sedikit sekali hamba – hambaKU yang bersyukur”. Sahabat, bila kita mengintrospeksi diri kita sendiri, sebetulnya kita masih sangat kurang memiliki rasa syukur dan minimnya untuk mengingat Allah swt., bila dibandingkan dengan banya dan besarnya karunia yang diberikan Allah yang telah dilimpahkan kepada kita semua.
Apakah kita salalu berfikir, dalam 24 jam mari kita hitung berapa jamkah waktu untuk tidur, berapa jamkah yang dipakai untuk melaksanakan kewajuban hidup, berapa jamkah kewajiban untuk mengurus keluarga, berapa jamkah waktu untuk kemasyarakatan, berapa jamkah waktu untuk mencari ilmu dan berapa jamkah waktu untuk mengingat Allah.
Nabi selalu berpesan dan mengingatkan kepada kita dalam sebuah hadits berikut “Dua macam nikmat yang kebanyakan manusia tertipu dan terlena, yaitu nikmat sehat dan nikmat senggang” (HR Bukhari dan Tarmidzi, dari Ibnu Abbas)
Begitulah potret manusia sebagai hamba Allah. Dan begitulah keadaannya bila ingin dikalkulasi antara yang beruntung dan yang rgui. Ternyata yang rugi lebih banyak daripadan yang beruntung.
Dalam Q.S Al – Ashr ayat 1 – 3, Allah berfirman “Demi masa, sesungguhnya manusia itu niscaya ada dalam kerugian, kecuali orang – orang yang beriman dan yang beramal shaleh…”
Orang yang beriman adalah orang yang mempercayaiu, membenarkan dan meyakini dengan sepenuh hati bahwa tidak ada Tuhan yang pantas disembah kecuali Allah swt., Tuhan Yang Maha Esa, dna meyakini bahwa Nabi Muhammada saw. Adalah hamba dan Rasul Allah serta mmepercayai kebenaran agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw.
Letak iman adalah dalam qalbu bukan aqlu. Aqlu atau akal adalah perangkat khusus untuk berfikir, mengerti dan memahami segala sesuatu. Sebab itu, iman bukanlah sains dan tekbologi, melainkan keyakinan.
Iman tidak menjadi monopoli oran – orang yang berotak cemerlang dan para ilmuan, melainkan terbuka untuk semua orang.
Kualitas iman tidak dinilai dari tinggi rendahnya ilmu, melainkan dari keteguhan dan keberaniannya dalam membela serta mempertahankan kebenaran ajaran hidup yang di imaninya.
Dalam sebuah hadits Rasulullah menjelaskan demikian : “Iman itu bukanlah angan – angan kosong, tetapi merupakan keyakinan yang mantap yang terpatri dalam hati dan dibuktikan dengna sikap dan perbuatan yang nyata”. (H.R. Muttafaq alaih)
Catatannya bersambung dulu….. SEMOGA BERMANFAAT!!!!
Sebuah catatan perjalanan hidup tentang keadilan, kecerobohan, diskriminasi dan semua curahan hati
Minggu, 29 Maret 2009
MANUSIA DAN IMANNYA
Catatan ini diambil dari sebuah judul khutbah yaitu “Kualitas masnusia tergantung Iman dan Amalnya”, demikianlah kita sekarang merasa berada dalam kehimpitan kadang atau lebih seringnya kita melalikan segala aturan dan larangannya sehingga kita tidak pernah merasa bersalah dan berdosa. Ya Allah, jika memang kami selalu bersalah maka ingatkanlah, dan kami akan selalu mengingatkan untuk selalu hidup dengan ajaranmu.
Dalam Surat Saba ayat 13, Allah berfirman “……. Sedikit sekali hamba – hambaKU yang bersyukur”. Sahabat, bila kita mengintrospeksi diri kita sendiri, sebetulnya kita masih sangat kurang memiliki rasa syukur dan minimnya untuk mengingat Allah swt., bila dibandingkan dengan banya dan besarnya karunia yang diberikan Allah yang telah dilimpahkan kepada kita semua.
Apakah kita salalu berfikir, dalam 24 jam mari kita hitung berapa jamkah waktu untuk tidur, berapa jamkah yang dipakai untuk melaksanakan kewajuban hidup, berapa jamkah kewajiban untuk mengurus keluarga, berapa jamkah waktu untuk kemasyarakatan, berapa jamkah waktu untuk mencari ilmu dan berapa jamkah waktu untuk mengingat Allah.
Nabi selalu berpesan dan mengingatkan kepada kita dalam sebuah hadits berikut “Dua macam nikmat yang kebanyakan manusia tertipu dan terlena, yaitu nikmat sehat dan nikmat senggang” (HR Bukhari dan Tarmidzi, dari Ibnu Abbas)
Begitulah potret manusia sebagai hamba Allah. Dan begitulah keadaannya bila ingin dikalkulasi antara yang beruntung dan yang rgui. Ternyata yang rugi lebih banyak daripadan yang beruntung.
Dalam Q.S Al – Ashr ayat 1 – 3, Allah berfirman “Demi masa, sesungguhnya manusia itu niscaya ada dalam kerugian, kecuali orang – orang yang beriman dan yang beramal shaleh…”
Orang yang beriman adalah orang yang mempercayaiu, membenarkan dan meyakini dengan sepenuh hati bahwa tidak ada Tuhan yang pantas disembah kecuali Allah swt., Tuhan Yang Maha Esa, dna meyakini bahwa Nabi Muhammada saw. Adalah hamba dan Rasul Allah serta mmepercayai kebenaran agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw.
Letak iman adalah dalam qalbu bukan aqlu. Aqlu atau akal adalah perangkat khusus untuk berfikir, mengerti dan memahami segala sesuatu. Sebab itu, iman bukanlah sains dan tekbologi, melainkan keyakinan.
Iman tidak menjadi monopoli oran – orang yang berotak cemerlang dan para ilmuan, melainkan terbuka untuk semua orang.
Kualitas iman tidak dinilai dari tinggi rendahnya ilmu, melainkan dari keteguhan dan keberaniannya dalam membela serta mempertahankan kebenaran ajaran hidup yang di imaninya.
Dalam sebuah hadits Rasulullah menjelaskan demikian : “Iman itu bukanlah angan – angan kosong, tetapi merupakan keyakinan yang mantap yang terpatri dalam hati dan dibuktikan dengna sikap dan perbuatan yang nyata”. (H.R. Muttafaq alaih)
Catatannya bersambung dulu….. SEMOGA BERMANFAAT!!!!
Dalam Surat Saba ayat 13, Allah berfirman “……. Sedikit sekali hamba – hambaKU yang bersyukur”. Sahabat, bila kita mengintrospeksi diri kita sendiri, sebetulnya kita masih sangat kurang memiliki rasa syukur dan minimnya untuk mengingat Allah swt., bila dibandingkan dengan banya dan besarnya karunia yang diberikan Allah yang telah dilimpahkan kepada kita semua.
Apakah kita salalu berfikir, dalam 24 jam mari kita hitung berapa jamkah waktu untuk tidur, berapa jamkah yang dipakai untuk melaksanakan kewajuban hidup, berapa jamkah kewajiban untuk mengurus keluarga, berapa jamkah waktu untuk kemasyarakatan, berapa jamkah waktu untuk mencari ilmu dan berapa jamkah waktu untuk mengingat Allah.
Nabi selalu berpesan dan mengingatkan kepada kita dalam sebuah hadits berikut “Dua macam nikmat yang kebanyakan manusia tertipu dan terlena, yaitu nikmat sehat dan nikmat senggang” (HR Bukhari dan Tarmidzi, dari Ibnu Abbas)
Begitulah potret manusia sebagai hamba Allah. Dan begitulah keadaannya bila ingin dikalkulasi antara yang beruntung dan yang rgui. Ternyata yang rugi lebih banyak daripadan yang beruntung.
Dalam Q.S Al – Ashr ayat 1 – 3, Allah berfirman “Demi masa, sesungguhnya manusia itu niscaya ada dalam kerugian, kecuali orang – orang yang beriman dan yang beramal shaleh…”
Orang yang beriman adalah orang yang mempercayaiu, membenarkan dan meyakini dengan sepenuh hati bahwa tidak ada Tuhan yang pantas disembah kecuali Allah swt., Tuhan Yang Maha Esa, dna meyakini bahwa Nabi Muhammada saw. Adalah hamba dan Rasul Allah serta mmepercayai kebenaran agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw.
Letak iman adalah dalam qalbu bukan aqlu. Aqlu atau akal adalah perangkat khusus untuk berfikir, mengerti dan memahami segala sesuatu. Sebab itu, iman bukanlah sains dan tekbologi, melainkan keyakinan.
Iman tidak menjadi monopoli oran – orang yang berotak cemerlang dan para ilmuan, melainkan terbuka untuk semua orang.
Kualitas iman tidak dinilai dari tinggi rendahnya ilmu, melainkan dari keteguhan dan keberaniannya dalam membela serta mempertahankan kebenaran ajaran hidup yang di imaninya.
Dalam sebuah hadits Rasulullah menjelaskan demikian : “Iman itu bukanlah angan – angan kosong, tetapi merupakan keyakinan yang mantap yang terpatri dalam hati dan dibuktikan dengna sikap dan perbuatan yang nyata”. (H.R. Muttafaq alaih)
Catatannya bersambung dulu….. SEMOGA BERMANFAAT!!!!
Senin, 16 Maret 2009
Berhati – hati dalam hidup
Memang sulit jika membicarakan tentang hidup, apalagi jika kita berbicara tentang kepentingan pribadi. Apakah harus mengorbankan “akhlak” sendiri untuk mendapatkan yang kita mau?
Hal – hal pribadi memang sangat tipis antara kebenaran dan ketidak benaran (dosa), perbedaan yang sangat tipis itulah mambuat kita harus hati – hati bagaimana menjalankan hidup yang benar agar sesuai dengan kaidah penciptaan kita.
“Jika kamu menjauhi dosa – dosa besar di antara dosa – dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya kami menghapus kesalahan – kesalahanmu (dosa – dosamu yang kecil) dan kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga)” An –Nisaa’ : 31.
Bertindaklah seperti orang yang berjalan di atas tanah yang berduri
Ia pasti aka waspada terhadapnya
Janganlah meremehkan dosa kecil
Sesungguhnya gunung itu asalnya dari bebatuan
Ridhalah terhadap apa yang diberikan Allah kepadamu, niscaya engkau menjadi orang yang paling kaya
Meninggalkan dosa – dosa yang kecil maupun yang besar ialah ketakwaan
Kewajiban tangan ialah beramal, sedangkan kewajiban hati ialaj bertawakal. Kita harus yakin tak akan turun setetes air pun dari langit atau tak akan tumbuhpun satu bunga diatas bumi, melainkan dengan izin Allah ajawazzala. Setiap jiwa tak akan mati, kecuali setelah disempurnakan rizkinya. Ketahuilah apa yang ada di sisi Allah tak akan didapatkan dengan kemaksiatan terhadapnya.
Kita percaya dan harus tahu, bahwa di antara kita ada yang tidak menjadi baik, kecuali dengan kekafiran. Kalau Allah membuatnya kaya, dirinya justru akan rusak. Ia akan mengerjakan dosa – dosa besar dan mempergunakan kesempatan yang ada untuk bermaksiat. Akan tetapi, di antara mereka ada pula yang tidak menjadi baik, kecuali dengan kekayaan. Kalau Allah membuatnya fakir, dirinya justru akan rusak dan keimanannya akan goyah.
Dalam surat Az Zukhruf : 32 Allah berfirman : “….. Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan kami telah meninggikan sebahagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain….”
Tidak lepas dari semua ini, kita hanya diwajibkan untuk saling mengingatkan. Dan tidak akan pernah lupa akan terus saling mengingatkan, tentang hidup.
Hal – hal pribadi memang sangat tipis antara kebenaran dan ketidak benaran (dosa), perbedaan yang sangat tipis itulah mambuat kita harus hati – hati bagaimana menjalankan hidup yang benar agar sesuai dengan kaidah penciptaan kita.
“Jika kamu menjauhi dosa – dosa besar di antara dosa – dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya kami menghapus kesalahan – kesalahanmu (dosa – dosamu yang kecil) dan kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga)” An –Nisaa’ : 31.
Bertindaklah seperti orang yang berjalan di atas tanah yang berduri
Ia pasti aka waspada terhadapnya
Janganlah meremehkan dosa kecil
Sesungguhnya gunung itu asalnya dari bebatuan
Ridhalah terhadap apa yang diberikan Allah kepadamu, niscaya engkau menjadi orang yang paling kaya
Meninggalkan dosa – dosa yang kecil maupun yang besar ialah ketakwaan
Kewajiban tangan ialah beramal, sedangkan kewajiban hati ialaj bertawakal. Kita harus yakin tak akan turun setetes air pun dari langit atau tak akan tumbuhpun satu bunga diatas bumi, melainkan dengan izin Allah ajawazzala. Setiap jiwa tak akan mati, kecuali setelah disempurnakan rizkinya. Ketahuilah apa yang ada di sisi Allah tak akan didapatkan dengan kemaksiatan terhadapnya.
Kita percaya dan harus tahu, bahwa di antara kita ada yang tidak menjadi baik, kecuali dengan kekafiran. Kalau Allah membuatnya kaya, dirinya justru akan rusak. Ia akan mengerjakan dosa – dosa besar dan mempergunakan kesempatan yang ada untuk bermaksiat. Akan tetapi, di antara mereka ada pula yang tidak menjadi baik, kecuali dengan kekayaan. Kalau Allah membuatnya fakir, dirinya justru akan rusak dan keimanannya akan goyah.
Dalam surat Az Zukhruf : 32 Allah berfirman : “….. Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan kami telah meninggikan sebahagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain….”
Tidak lepas dari semua ini, kita hanya diwajibkan untuk saling mengingatkan. Dan tidak akan pernah lupa akan terus saling mengingatkan, tentang hidup.
Selasa, 03 Maret 2009
BEKERJALAH DAN JANGAN MEMINTA – MINTA
Bekerja ialah sunnah kehidupan serta asas kemajuan peradaban dan jalan terjaminnnya kehidupan yang mulia. Begitulah islam menjaga kewibawaan dan kemuliaan bagi seorang mukmin, telah mewajibkan seseorang untuk bekerja. Hal ini supaya kita dapat memberikan kontribusi bagi pembangunan masyarakat serta membebaskannya dari sifat pasif dan malas – malasan.
Bekerja merupakan sumber kemuliaan seseorang. Walaupun pekerjaannya hanya keahlian sederhana, namun hal itu lebih baik dari pada meminta – minta kepada orang lain.
Dari Zubair bin Awwam radiallahu, bahwasanya Nabi SAW bersabda : “Seandainya seseorang dianatara kalian mengambil tali kemudian dating dengan seikat kayu bakar diatas punggungnya lalu menjalnya hingga dengannya Allah mencukupi dirinya, maka itu lebih baik daripada meminta – minta kepada manusia; baik mereka memberinya atau menolaknya”.(HR Bukhari)
Rasulullah telah memberikan wasiat ini kepada kita. Melarang sifat meminta – minta serta mengkategorikannya sebagai suatu kehinaan dan tidak sesuai dengan kemuliaan seorang mukmin. Menganggur padahal mempunyai kemampuan merupakan bentuk kekufuran terhadap nikmat Allah.
Yang diharamkan meminta – minta ialah seseorang yang mempu bekerja, namun sama sekali tak berfikir mengenai hal itu, mereka yang lebih mengutamakan menganggur daripada mencari rezeki dan berusaha mendapatkannya, meski Negara atau beberapa orang menyediakan lapangan kerja.
Orang – orang yang sebenarnya mampu tapi malas itu adalah orang – orang yang kuat. Namun, jika kita melihat sendiri, tangan – tangan mereka terjulur hina karena meminta – minta. Mereka merupakan kuman serta penyakit ganas yang menempel dalam tubuh masyarakat Islam. Sebab oleh itu, tangan mereka harus dipukul serta menahan pemeberian kepada mereka.
Semoga nukilan artikel ini dapat memberikan gambaran kepada kita, bahwa sebagian dari masyarakat kita sudah banyak yang meminta – minta tanpa malu lagi, apakah orang – orang seperti mereka tangannya harus dipukul, karena mereka telah menodai tubuh kita.
Tidak lepas dari itu artikel ini hanya sebuah media untuk saling mengingatkan, semoga Allah merdihai setiap apa yang kita usahakan amin
Langganan:
Postingan (Atom)